PENDIDIKAN

LANGKAH-LANGKAH MENETAPKAN KKM


Berdasarkan surat Dirjendikdasmen No.1321/c4/MN/2004 tentang Pengkajian Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
atau Kretyeria Ketuntasan Minimal (KKM) Kurikulum 2004 dan sesuai dengan pelaksanaan Standar Isi, yang menyangkut masalah Standar Kopetensi (SK) dan Kopetensi dasar (KDmaka sesuai dengan petunjuk dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006, maka dipandang perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukan Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada Artinya antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya.
Dalam penetapam KKM ini masih ada beberapa sekolah atau guru bidang study yang belum memahaminya. Akibatnya beberapa diantara guru mengalami kesulitan untuk menetapkam KKM pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau dulu kita kenal dengan Rapor.
Sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh BSNP maka ada beberapa rambu-rambu yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran.
2. KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah.
3. KKM dinyatakan dalam bentuk prosentasi berkisar antara 0-100, atau rentang nilai yang sudah ditetapkan.
4. Kreteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75 %
5. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreterian ideal ( sesuai kondisi sekolah)
6. Dalam menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya pendudkung.
7. KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih sekolah.
Dari berbagai rambu-rambu yang ada itu, selanjutnya melalui kegiatan Musyawarah Guru Bidang Study (MGMP) maka akan dapat diperoleh berapa KKM dari masing-masing bidang study.
 

Ada beberapa kreteria penetapan KKM yang dapat dilaksanakan , diantaranya :
1. Kompleksitas indikator ( kesulitan dan kerumitan)
2. Daya dukung ( sarana dan prasarana yang ada, kemampuan guru, lingkungan, dan juga masalah biaya)
3. Intake siswa ( masukan kemampuan siswa )
Kemudian dalam menafsirkan KKM dapat pula dilakukan dengan beberapa cara, dainataranya :
A.Dengan cara memberikan point pada setiap kreteria yang ditetapkan (dalam bentuk %):
1. Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )
Kompleksitas tinggi pointnya = 1
Kompleksitas sedang pointnya = 2
Kompleksitas rendah poinya = 3


2. Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daya dukung tinggi pointnya = 3
Daya dukung sedang pointnya = 2
Daya dukung rendah pointnya = 1


3. Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi pointnya = 3
Intake siswa sedang pointnya = 2
Intake siswa rendah poinnya = 1
Contoh :
Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut:
Kompleksitas rendah =3, daya dukung tinggi =3, intake siswa sedang = 2, maka KKM-nya adalah (3 + 3 + 2) / 9 x 100 = 88,89 %

B. Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kreteria, yakni :
1. Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )
Kompleksitas tinggi rentang nilainya = 50-64
Kompleksitas sedang rentang nilainya = 65-80
Kompleksitas rendah rentang nilainya = 81-100


2. Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daya dukung tinggi rentang nilainya = 81-100
Daya dukung sedang rentang nilainya = 65-80
Daya dukung rendah rentang nilainya = 50-64


3.Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi rentang nilainya = 81-100
Intake siswa sedang rentang nilainya = 65-80
Intake siswa rendah rentang nilainya = 50-64
Jika indikatyor memiliki Kreteria sebagai berikut: kompleksitas sedang, daya dukung tinggi, dan intake sedang, maka KKM-nya adalah rata-rata setiap unsur dari kreteria yang telah kita tentukan. ( Dalam menentukan rentang nilai dan menentuikan nilai dari setiap kreteria perlu kesepakatan dalam forum MGMP).
Contoh:
Kompleksitas sedang =75, daya dukung tinggi= 90, intake sedang = 70 maka KKM-nya adalah ( 75 + 90 +70) / 3 = 78,3

c. Dengan cara memberikan pertimbangan profesional judgment pada setiap kreteria untuk menetapkan nilai :
1. Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )
Kompleksitas tinggi
Kompleksitas sedang
Kompleksitas rendah


2.Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daaya dukung tinggi
Daya dukung sedang
Daya dukung rendah


3.Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi
Intake siswa sedang
Intake siswa rendah
Contoh :
Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut : kompleksitas rendah, daya dukung tinggi dan intake siswa sedang, maka dapat dikatakan bahwa dari ketiga komponen diatas hanya satu komponen saja yang mempengaruhi untuk mencapai ketuntasan masimal 100 yaitu intake (sedang). Jadi dalam hal ini guru dapat menetapkan kreteria ketuntasan antara 90-80. ( Pedoman penetapa KKM dar BSNP, 20006)
Dalam menafsirkan KKM sebelumnya kita harus mengetahui bagaimana tingkatan-tingkatan dari komponen seperti kompleksitas, daya dukung, dan intake. Hal ini dimaksudkan agar guru bidang study melalui MGMP atau pihak sekolah jangan sampai salah dalam menetapkan KKM, karana bila salah dalam menentukan KKM akan sangat merugikan pada siswa.
Karena sesuai dengan peraturan apabila sampai mata pelajaran diperoleh anak berada dibawah KKM ( tidak tuntas ), maka anak tersebut tidak memenuhi syarat untuk naik kelas, bila samapi minimimal tiga mata pelajaran yang tidak tuntas.. Artinya kompetensi dasar yang diharapkan pada siswa tersebut tidak tercapai.


SUMBER : http://www.slideshare.net/suediahmad/penetapan-kkm 



Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2010
ITS Juara Mobil Irit Bahan Bakar se-Asia
Senin, 12 Juli 2010 | 12:08 WIB
SURYA/SUGIHARTO
Dua orang mahasiswa anggota tim mesin ITS 1 mempersiapkan mobil hemat energi dan ramah lingkungan, saat uji coba di Sirkuit Kenjeran Surabaya, Senin 11/1/2010. Mobil yang dinamakan sapu angin 1 ini mampu menempuh jarak 1.000 km dengan satu liter bensin, dan akan mewakili Indonesia mengikuti kompetisi internasional Shell Ecomarathon SEM Asia 2010 pada bulan Juli di Sirkuti Sepang, Kuala Lumpur Malaysia.
JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil konsep karya mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjadi juara pertama kompetisi mobil irit Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2010. Siaran pers ITS di Jakarta, Senin (12/7/2010) menyebutkan, lomba yang digelar di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, 8-10 Juli 2010 itu, Tim ITS 2 dengan mobil Sapu Angin 2 mencatat rekor mobil teririt dengan jarak tempuh 237,6 kilometer setiap satu liter bensin.

Tim ITS meraih gelar Combution Grand Prize dan Gasoline Fuel Award. Kedua penghargaan tersebut masuk dalam kategori Urban Concept. "Kemenangan tersebut banyak ditopang kelebihan mobil Sapu Angin yang bobotnya ringan, yakni 93 kilogram," ujar Dosen Teknik Mesin ITS, Triyogi yang turut mendampingi Tim ITS.

Selain juga, lanjutnya, peningkatan kinerja beberapa komponen ditambah dengan efisiensi mesin menjadikan mobil Sapu Angin2 unggul dalam kelas Urban Concept di antara mobil 15 universitas ternama se-Asia.

"Kunci kemenangan lainnya adalah upaya Tim ITS untuk melakukan inspeksi dan tes sirkuit lebih awal," tambah Triyogi.

Menurut dia, kemenangan Tim Sapu Angin adalah kado indah bagi ITS yang akan berusia 50 tahun pada 10 November nanti. Kemenangan Sapu Angin, melengkapi kemenangan Tim Robot ITS yang akan mewakili Indonesia pada lomba robot internasional.

ITS memiliki dua mobil yang diberi nama Sapu Angin 1 dan 2. Sapu Angin 1 adalah mobil prototip futuristik mirip gokart dengan target satu liter bensin untuk jarak tempuh 1.000 kilometer. Sedangkan, mobil Sapu Angin 2 mirip mobil roda empat yang konvensional, namun hanya berisi 1-2 penumpang dengan target satu liter bensin untuk jarak tempuh 300 kilometer.

Sebenarnya, Sapu Angin 1 yang ditargetkan menjadi juara. Sementara, Sapu Angin 2 hanya diniatkan bisa diproduksi pada 25-30 tahun mendatang. Kedua mobil itu dirancang 14 mahasiswa Teknik Mesin ITS angkatan 2005 dan 2006.

Selain ITS, di kategori Urban Concept, mobil buatan Universitas Indonesia juga menjadi juara. Masing-masing juara 2 dan 3 kategori Combustion Grand Prize dengan kemampuan 61,6 kilometer per satu liter bahan bakar gasoline dan 54,5 kilometer per liter.

SEM adalah ajang bagi mahasiswa untuk mengembangkan inovasi, imajinasi, dan kreativitas dalam menciptakan teknologi kendaraan masa depan, yang dapat menempuh jarak terjauh, hemat energi, dan ramah lingkungan. Ajang SEM telah populer di Eropa sejak 25 tahun yang lalu, tepatnya setelah penyelenggaraan pertama di Prancis pada 1985.

http://edukasi.kompas.com/read/2010/07/12/12083587/ITS.Juara.Mobil.Irit.Bahan.Bakar.se-Asia-5